Al-Qur'an

Listen to Quran

Kamis, 25 November 2010

Ikhlas

Saya ingin bercerita sebuah pengalaman pribadi yang menurut saya dapatlah dijadikan pelajaran bagi kita semua, Insyaallah. Sesuai dengan judulnya, cerita ini berkaitan dengan masalah ikhlas.

Suatu hari teman saya menghampiri saya. Dia salah seorang bendahara di kelas saya. Biasalah, namanya bendahara kalo deketin orang pasti berkaitan dengan uang, hehe. Dia meminta saya untuk membayar sejumlah uang yang terbilang tidak seberapa, dimana uang tersebut akan digunakan untuk melangsungkan sebuah acara yang menurut saya lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Awalnya saya menolak untuk membayarnya secara halus. Namun teman saya terus memaksa saya untuk membayarnya dengan mengatasnamakan solidaritas. Tapi saya tetap tidak mau. Saya mengemukakan berbagai alasan yang saya rasa cukup masuk akal untuk menolak membayar uang tersebut.
Sebenarnya bagi saya bukan jumlah uangnya yang menjadi masalah. Tapi akan jadi apa nantinya uang saya itu. Saya ingat kata-kata guru agama saya, bahwa seandainya kita mengeluarkan harta untuk kebaikan maka pahala untuk kita akan mengalir dari harta yang sudah kita relakan tersebut. Saya berpikir, mungkin tak ada bedanya jika kita mengeluarkan harta dengan tujuan yang tidak baik, maka dosa untuk kita akan mengalir dari harta yang kita keluarkan. Oleh sebab itulah, saya merasa lebih baik jika tidak mengeluarkan harta saya untuk sesuatu yang saya belum pasti akan manfaatnya.
Emang dasar teman saya mempunyai bakat sebagai tukang kredit :P mau tidak mau saya pun terpaksa membayar. Mungkin rasa terpaksa inilah yang kemudian menjadi beban yang sangat amat tersangat berat bagi saya untuk mengeluarkan uang saya. Dan tanpa sadar, saya berkata kepada temang saya "Gue gak ikhlas!". Teman saya hanya tertawa-tawa, dan mengatakan agar saya mengikhlaskannya karena ini demi saya juga. Tapi saya tetap tidak mengikhlaskannya.
Dan masalah terjadil saat bel pulang berbunyi. Miss bendahara kelas menghampiri saya dengan wajah yang sangat muram. Saya jadi kasihan melihatnya. Saya pun bertanya padanya mengapa wajahnya bisa semuram itu. Ia pun mengatakan bahwa uang yang tadi dikumpulkannya itu menghilang tanpa jejak dari mejanya. Saya pun ikut terkejut, karna saya tau jumlahnya pasti cukup besar.
Setelah berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan "kemana uang itu pergi", saya seakan tersadar dari mimpi. Saya ingat bagaimana dengan lantangnya saya mengatakan pada teman saya bahwa saya tidak ikhlas mengeluarkan uang saya tersebut. Mungkinkah uangnya hilang karena (saya yakin) ada beberapa anak yang tidak ikhlas mengeluarkan uangnya? Wallahualam bishshawab. Yang pasti, uang itu tidak pernah ditemukan hingga sekarang.

Semoga cerita yang singkat ini dapat bermanfaat bagi kita semua yang membacanya. Amiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar